Lima tahun sudah berlalu, pagi pukul 05.55 WIB. Suasana jadi berubah sangat menyeramkan karena suara bergemuruh sangat keras diikuti tanah mulai bergerak, seakan-akan seperti beras diinteri menurut istilah jawa, aku berlari keluar dari kamar diikuti suamiku, pikiranku mulai kosong ketika kulihat, serpihan tembok mulai runtuh satu persatu, dan saat aku bisa keluar dari rumah tiba-tiba aku tertimpa sesuatu,  dan selanjutnya aku terjatuh kemudian terasa sakit dipunggungku serta rasanya aku dijatuhi dengan beban yang sangat berat. Aku hanya bisa menyeru La Illahaillalloh … kata-kata itu berulang terus menerus, darah mulai menetes dari hidungku dan aku berpikir mungkin hari ini Alloh akan mengambil nyawaku. Wajah-wajah orang yang kusayangi mulai bermunculan di benakku, suamiku, kedua orang tuaku, mertuaku dan saudara-saudaraku … “maafkan semua salahku”,  bisikku waktu itu. Akhirnya suara gemuruh itu berhenti dan yang terdengar hanyalah suara-suara teriakan, minta tolong dan samara-samar aku mendengar suara adik iparku berteriak minta tolong yang kemudian diikuti suamiku, Mereka minta tolong agar dibantu untuk mengevakuasi aku.


Aku tidak tahu seberapa lama aku dievakuasi dari timbunan tembok, tapi kira-kira sekitar 1 jam dari peristiwa itu. Keluar dari reruntuhan itu aku sudah tidak dapat merasakan kakiku, punggungku sakit hanya itu yang kurasakan. Kemudian aku dibawa ke rumah sakit, tujuan pertama kami ke RSU PKU Bantul, sekitar pukul 08.00 WIB kami tiba di RS itu, tapi ternyata di rumah sakit itupun sudah penuh, pasien sudah mulai banyak antri di pinggir-pinggir jalan. Menurut informasi yang suamiku dapat semua rumah sakit di kota yogya sudah penuh, yang masih kosong hanyalah RSUD Sleman. Diikuti isu tsunami, aku langsung di bawa ke RSUD Sleman, perjalanan sampai sana butuh waktu yang lama karena jalan semua macet, yang dari arah selatan ke utara ada isu tsunami yang dari arah utara ke selatan karena ada isu gunung merapi meletus. Kami sampai di RSUD Sleman sekitar pukul 11.30 WIB.
Sampai di sana suamiku segera menghubungi keluargaku karena sesudah gempa semua sinyal HP tidak berfungsi. Yang bisa dihubungi hanya mbakku yang paling besar. Di RSUD Sleman aku dirawat 3 hari, menurut kepala rumah sakit disitu, aku tidak dapat ditangani di situ karena tidak tersedia medis untuk bedah tulang yang ada hanyalah bedah kulit untuk persiapan bencana meletusnya gunung merapi.Akhirnya aku dirujuk ke RSU P Prof.Dr Suharso.
Di rumah sakit Dr. Suharso inilah aku baru bisa ditangani, aku baru tau kalau tulang belakang patah pada lumbal 2 sehingga syaraf-syaraf penggerak dan sensorikku rusak. Aku tidak dioperasi karena kondisiku yang sedang hamil, aku hanya di gib seluruh badanku. Satu minggu aku di RSUP Dr. Suharso kemudian kami sudah disuruh pulang karena pasien masih banyak yang belum tertangani dan bangsal sudah penuh. Aku dirumah selama 2 bulan tanpa mendapat perawatan yang memadai, kemudian ada relawan yang datang dari Handicap Internasional yang menyarakan kami untuk dirawat di pusat rehabilitasi Yakum, disanalah aku baru tahu kalau aku akan mengalami kelumpuhan, Alloh ingin mengambil sedikit nikmatnya dan tidak jadi mengambil nyawaku. Nikmat untuk berjalan, berlari dan mengerjakan sesuatu yang membutuhkan energi lebih. Jangankan untuk duduk untuk memiringkan badan saja aku tidak bisa.
Mungkin hanya karena Alloh yang memberiku kekuatan untuk terus menjalani semua yang Alloh beri hari itu. Selain karena kedua orang tuaku dan mertuaku yang selalu memberikan cinta dan tidak henti-hentinya selalu mendoakanku, suamiku yang selalu mencintai dan menyanyangiku juga tidak pernah bosan untuk terus memberi motivasi kepadaku serta kehadiran anak kami tercinta, Najihah Almira Khalili, makanya dia kuberi nama itu, karena dia adalah putri kesayangan kami yang selamat dari musibah itu. Mereka itulah yang membuatku terus bisa bertahan dengan keadaan ini selama dua tahun.
Ada banyak hikmah yang bisa kuambil dari peristiwa ini, Alloh telah mengajari kami bagaimana harus memperjuangkan keluarga, mengajariku bahwa doa orang tua adalah doa yang paling ijabah, mengajari kami untuk ikhlas atas apa yang menjadi ketetapan Alloh, mengajari kami tentang kesetiaan dan mungkin masih banyak hikmah lain yang belum aku tau.